Taat dan Maksiat
PERCAYA KEPADA QADAR ALLAH
Taat dan Maksiat.
Taat melahirkan manfaat dan membuahkan akhlak yang baik, dan maksiat melahirkan kemudharatan dan membuahkan akhlak yang buruk. Maka matahari, bulan, tumbuhan, hewan, daratan dan lautan taat kepada Rabb-nya, maka keluarlah darinya manfaat yang banyak, tidak ada yang bisa menghitungnya selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan para nabi tatkala taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, keluarlah dari mereka kebaikan yang tidak bisa menghitungnya selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan iblis, tatkala durhaka kepada Rabb-nya, enggan, dan sombong, karena sebab itu keluarlah keburukan dan kerusakan di bumi yang tidak ada yang bisa menghitungnya selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Seperti inilah manusia, apabila taat kepada Rabb-nya, keluarlah darinya kebaikan dan manfaat untuknya dan orang lain, tidak ada yang bisa menghitungnya selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan apabila ia durhaka kepada Rabb-nya, keluarlah darinya keburukan dan mudharat baginya dan bagi orang lain, tidak ada yang bisa menghitungnya selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dampak Taat dan Maksiat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan bagi taat dan kebaikan dampak-dampak yang nikmat, baik lagi dicintai. Kenikmatannya di atas kenikmatan maksiat berlipat ganda. Dan Dia Subhanahu wa Ta’ala menjadikan bagi maksiat dan keburukan dampak-dampak dan rasa sakit yang tidak disukai, yang mewariskan kerugian dan penyesalan, dan menambah kenikmatan mengecapnya berlipat ganda. Tidak pernah terjadi kondisi yang dibenci kecuali karena dosa dan yang dimaafkan Allah Subhanahu wa Ta’ala jauh lebih banyak.
Dan dosa-dosa membahayakan hati seperti racun membahayakan badan. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan manusia di atas fitrah sebagai kebaikan yang sangat indah. Maka jika ia tercemar dengan segala dosa dan kesalahan niscaya diambil darinya kebaikan dan keindahannya. Dan apabila ia bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala niscaya kembalilah kepadanya kebaikan dan keindahannya, dan mencapai kesempurnaannya di surga.
Petunjuk dan Penyesatan.
Milik Allah Subhanahu wa Ta’ala penciptaan dan perkara, Dia Subhanahu wa Ta’ala melakukan apa yang Dia kehendaki dan memantapkan apa yang Dia Subhanahu wa Ta’ala kehendaki, memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan menyesatkan orang yang dikehendakinya. Kerajaan adalah kerajaan-Nya dan ciptaan adalah ciptaan-Nya. Dia Subhanahu wa Ta’ala tidak ditanya tentang apa yang Dia lakukan dan mereka akan ditanyakan. Dan termasuk rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa Dia mengutus para rasul, menurunkan kitab-kitab, menjelaskan segala jalan, menyingkirkan berbagai ‘illah, dan menekankan berbagai sebab petunjuk dan taat dengan pendengaran, penglihatan, dan akal, dan setelah hal itu:
- Maka barangsiapa yang mengutamakan hidayah, mendorong padanya, mencarinya, mengerjakan sebab-sebabnya, dan berusaha untuk memperolehnya, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala menuntunnya kepadanya, menolongnya untuk memperolehnya dan menyempurnakannya. Ini adalah rahmat dan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ [العنكبوت: ٦٩]
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. [Al-‘Ankabuut/29: 69]
- Dan barangsiapa yang mengutamakan kesesatan, mendorong padanya, mencarinya, dan mengerjakan sebab-sebab-Nya niscaya sempurnalah baginya, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menguasakan kepadanya apa-apa yang dikuasainya, dan ia tidak mendapatkan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memalingkan darinya. Dan ini adalah keadilan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلۡهُدَىٰ وَيَتَّبِعۡ غَيۡرَ سَبِيلِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصۡلِهِۦ جَهَنَّمَۖ وَسَآءَتۡ مَصِيرًا [النساء : ١١٥]
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang Telah dikuasainya itu[348] dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. [An-Nisaa/4: 115]
Buah Beriman Kepada Qadar.
Beriman kepada qadha` dan qadar adalah sumber kesenangan, ketenangan, dan keberuntungan bagi setiap muslim. Maka denganya dia mengetahui bahwa segala sesuatu terjadi dengan qadar Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia tidak merasa bangga dengan dirinya sendiri saat memperoleh keinginannya dan tidak gelisah saat tidak mendapatkan apa yang disukai atau terjadi (sesuatu) yang dibencinya, karena dia mengetahui bahwa semua itu terjadi dengan qadar Allah Subhanahu wa Ta’ala, suatu hal yang pasti terjadi, tidak mustahil.
- Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِيٓ أَنفُسِكُمۡ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مِّن قَبۡلِ أَن نَّبۡرَأَهَآۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ ٢٢ لِّكَيۡلَا تَأۡسَوۡاْ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمۡ وَلَا تَفۡرَحُواْ بِمَآ ءَاتَىٰكُمۡۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٍ [الحديد: ٢٢، ٢٣]
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri”. [Al-Hadid/57:22-23]
- Dari Shuhaib Radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذلِكَ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ. إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.
“Sungguh mengagumkan perkara orang mukmin, sesungguhnya semua perkaranya adalah baik dan hal itu tidak pernah terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, maka itu lebih baik baginya. Dan jika ia mendapatkan kesusahan, ia bersabar, dan hal itu lebih baik baginya.” HR. Muslim.[1]
- Dari Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, ia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَجِبْتُ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ حَمِدَ اللهَ وَشَكَرَ. وَإِنْ أَصَابَتْهُ مُصِيْبَةٌ حَمِدَ اللهَ وَصَبَرَ. فَالْمُؤْمِنُ يُؤْجَرُ فِى كُلِّ أَمْرِهِ, حَتَّى يُؤْجَرَ فِى اللُّقْمَةِ يَرْفَعُهَا إِلَى فِي امْرَأَتِهِ.
“Aku merasa kagum terahdap perkara orang mukmin, jika ia mendapatkan kebaikan, ia memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersyukur kepada-Nya. Dan jika dia mendapat musibah, dia memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersabar. Seorang mukmin diberi pahala dalam semua perkaranya, bahkan diberi pahala pada suapan (makanan) yang diberikannya pada mulut istrinya.” HR. Ahmad dan Abdurrazzaq.[2]
Setelah selesainya pembahasan ini dengan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka selesailah pembahasan tentang enam rukun iman, yaitu beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan qadar baik dan buruk-Nya. Dan setiap rukun tersebut memberikan faedah yang bermanfaat bagi seorang mukmin.
Buah-buah Rukun Iman
1. Beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala : Membuahkan cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengagungkan-Nya, bersyukur kepada-Nya, menyembah-Nya, taat dan takut kepada-Nya, dan menjunjung perintah-perintah-Nya.
2. Beriman kepada malaikat: membuahkan cinta kepada mereka, merasa malu terhadap mereka, dan mengambil pelajaran dengan ketaatan mereka.
3-4. Beriman kepada kitab-kitab dan rasul-rasul: Membuahkan kekuatan iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mencintai-Nya, mengenal syari’at-syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala, apa-apa yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan apa-apa yang dibenci-Nya, mengenal negeri akhirat, dan mencintai rasul-rasul Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mentaati kepada mereka.
5. Beriman kepada hari akhir: membuahkan keinginan untuk melakukan taat dan kebaikan, dan berlari dari maksiat dan kemungkaran.
6. Beriman kepada qadar: membuahkan ketenangan jiwa dan ridha dengan apa yang ditaqdirkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan apabila hal itu terealisasikan dalam kehidupan seorang muslim, tentu ia berhak masuk surga, dan hal itu tidak sempurna kecuali dengan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ يُدۡخِلۡهُ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ وَذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ [النساء : ١٣]
“Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar”.[An-Nisaa/4: 13]
Segala apa yang dilakukan, ditentukan, dan ditaqdirkan- oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi makhluk-Nya mengandung mashlahat dan hikmah. Maka apa yang dilakukan-Nya berupa yang ma’ruf dan kebaikan menunjukkan atas rahmat-Nya. Dan apa yang dilakukan-Nya berupa siksaan dan hukuman menunjukkan murka-Nya. Dan apa yang dilakukan-Nya berupa kelembutan dan kemuliaan menunjukkan cinta-Nya. Dan apa yang dilakukan-Nya berupa penghinaan menunjukkan kemurkaan dan kebenciaan-Nya. Dan apa yang dilakukan-Nya terhadap semua makhluk yang berwal dari sebuah kekurangan, kemudian berubah menjadi sempurna menunjukkan akan terjadinya hari kebangkitan.
[Disalin dari مختصر الفقه الإسلامي (Ringkasan Fiqih Islam Bab : Tauhid dan keimanan التوحيد والإيمان ). Penulis Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri Penerjemah Team Indonesia islamhouse.com : Eko Haryanto Abu Ziyad dan Mohammad Latif Lc. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433]
_______
Footnote
[1] HR. Muslim no. 2999
[2] Hasan/ HR. Ahmad no 1492, dan ini adalah lafazhnya. Al-Arna’uth berkata: Sanadnya hasan. Dan diriwayatkan oleh Abdurrazzaq no. 20310.
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/84047-taat-dan-maksiat.html